Menurut Wijono (2006) sumber
daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu agar
perusahaan dapat bekerja secara efektif dan maksimal untuk dapat bersaing di
pasar global. Kinerja sumber daya manusia yang baik merupakan hal yang
terpenting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sebuah perusahaan yang ingin
berkembang dengan pesat, harus memiliki sumber daya manusia yan mampu menampilkan
kinerja yang baik.
Peneliti organisasi telah lama
tertarik dengan hubungan antara kepribadian dan kinerja (Thoresen et al, 2004). Kinerja menyusun
multi-dimensi yang menunjukkan seberapa baik pegawai melaksanakan tugasnya,
mengambil inisiatifnya, dan akal dayanya untuk memecahkan masalah (Rothmann dan
coetzer, 2003). Selain itu, juga menunjukkan sejauh mana pegawai menyelesaikan
pekerjaan, cara mereka menggunakan kemampuan sumber dayanya dan waktu dan
tenaga yang mereka gunakan untuk pekerjaannya (Boshoff dan arnolds, 1995;
Schepers, 1994 dalam Rothmann dan coetzer, 2003 ).
Kinerja seseorang dapat
dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah karakteristik kepribadian
yang dimiliki individu tersebut. Teori kepribadian yang terkenal adalah Teori
lima besar (Big five model) merupakan
teori kepribadian yang terdiri dari lima faktor guna menganalisis kepribadian
seseorang (Barrick dan Mount,1991). .
Menurut
Ivancevich et al. (2008) beberapa
istilah dalam big five model, yang digunakan untuk menggolongkan kepribadian, yaitu extraversion (ekstraversi), emotional stability (stabilitas emosi)
atau low neuroticism (stabilitas
emosi yang rendah, oleh Leung dan Bozionelos, 2004), agreeableness (mudah bersepakat), conscientiousness (sifat berhati-hati atau ketelitian), openness
to experience (terbuka terhadap hal-hal baru). Big five model merupakan
teori kepribadian yang sederhana dan sering digunakan untuk mengukur
kepribadian seseorang. Melalui Teori lima besar (Big five model) dapat
dilihat kepribadian seseorang yang mampu mempengaruhi kinerja bagi
organisasinya (Robbins,2008).
Keterkaitan big five personality dengan kinerja
diperkuat dengan hasil penelitian Barrick dan Mount (1991) yang mengatakan big five personality berhubungan dengan
kinerja. Hal ini diperjelas melalui hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa conscientiousness merupakan prediktor
untuk masing-masing dari tiga jenis kriteria kinerja yang diteliti yaitu
keahlian pekerjaan, keahlian pelatihan dan data personil yang berhubungan erat
dengan lima jenis kelompok kerja yang diteliti yaitu professional, polisi,
manajer, tenaga penjual, dan tenaga terampil atau semi-terampil. Extraversion
juga merupakan prediktor signifikan pada keahlian pelatihan dengan manajer
dan tenaga penjualan. Sedangkan, dimensi kepribadian lainnya juga ditemukan
sebagai prediktor untuk beberapa jenis pekerjaan dan beberapa jenis kriteria
kinerja namun besarnya nilai korelasi tersebut kecil.
Pada penelitian yang
telah dilakukan oleh Barrick dan Mount (1991) tidak memasukkan personel militer
dalam penelitiannya. Namun, karena conscientiousness
berhubungan erat dengan kinerja diberbagai pekerjaan, sangat masuk akal
jika big five personality juga
berhubungan dengan efektivitas militer juga (De Jong et al, 1994). Dalam hasil
penelitian yang dilakukan oleh De Jong et
al. (1994) menyatakan bahwa efektivitas militer terkait dengan conscientiousness, kesejahteraan (kerinduan
kampung halaman yang rendah dan depresi yang rendah) terkait dengan emotional stability, sedangkan kerinduan
pada kampung halaman tidak berhubungan dengan extraversion dan agreeableness.
Selain big
five personality, faktor kepribadian yang berkaitan dengan kinerja adalah hardiness (Bartone et al.,2009) hardiness (keteguhan
hati) merupakan karakteristik pribadi yang membantu seseorang mengubah keadaan yang
penuh tekanan dari keadaan buruk yang potensial menjadi peluang untuk meningkatkan
kinerja, kepemimpinan, berperilaku, kesehatan, dan pertumbuhan psikologis (Maddi, 1987, 2002; Maddi & Kobasa, 1984 dalam Maddi, 2007). Sedangkan
Kobasa (dalam Kreitner dan Kinicki, 2003) mengidentifikasi sekumpulan ciri
kepribadian yang menetralkan stres yang berkaitan dengan pekerjaan. Kumpulan
ciri ini dikatakan sebagai keteguhan hati (hardiness), melibatkan
kemampuan untuk secara sudut pandang atau secara keperilakuan mengubah bentuk
stresor yang negatif menjadi tantangan yang positif.
Keterkaitan
antara hardiness dengan kinerja
diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Maddi dan Kobasa
(1984) yang menyebutkan bahwa saat dihadapkan pada stressor yang
menekan, individu
yang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness)
bukan hanya mengalaminya sebagai suatu yang
menekan, tapi juga sesuatu yang menarik dan penting (komitmen), minimal sebagai sesuatu yang dapat dipengaruhi (kontrol), dan sebagai nilai yang berpotensi bagi pengembangan diri (tantangan). Hal ini
sesuai juga dengan hasil penelitian Sudirman
(2007) yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness) mampu bertindak proporsional
dan tidak
mudah menyerah walaupun berada di bawah tekanan stres
di tempat kerja, karena karyawan tersebut memiliki
kecenderungan yang baik terhadap komitmen (commitment), kontrol (control), dan tantangan (challenge)
sehingga cenderung lebih optimis jika dibandingkan
dengan karyawan yang kurang memiliki kepribadian tahan
banting (hardiness). Dalam kelompok militer, hardiness
berhubungan dengan gejala kesehatan fisik dan mental dalam perang teluk,
kehilangan petugas bantuan, tentara penjaga perdamaian, dan tentara Israel dalam pelatihan
memerangi stres (Bartone, 1999; Bartone et al, 1989; Bartone, 1996; Florian
et al,1995 dalam Bartone et al, 2009). Hardiness juga
telah dikaitkan dengan kesinambungan kinerja yang baik di bawah tekanan,
termasuk misalnya dalam calon pegawai Israel, taruna angkatan laut norwegia dan
petugas polisi Inggris (Westman,
1990; Bartone et al, 2002; Barton et al, 2004 dalam Bartone et al, 2009). Sebuah
studi baru-baru ini oleh Eid et al. (2008) menemukan
bahwa hardiness terkait
dengan gaya kepemimpinan transformasional serta kinerja pemimpin dalam taruna
angkatan laut norwegia.
Penelitian
mengenai pengaruh big five personality,
hardiness dan social jugdment pada
kinerja pemimpin telah diteliti oleh Bartone et al.(2009).
Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh big five personality, hardiness dan social jugdement pada kinerja pemimpin di akademi militer AS di West point, yang mana penelitian
dilakukan dua kali, yaitu pada saat pelatihan lapangan dimusim panas dan selama
semester akademik. Penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol yaitu CEER
dan jenis kelamin. CEER (College Entrance Equivalency Rating)
merupakan nilai pada ujian masuk perguruan tinggi, sama seperti SAT (Scholastic Aptitude Test) atau ACT (American Collage Testing) yang diubah
dalam skala yang sama. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kinerja pada saat
pelatihan lapangan dimusim panas dipengaruhi oleh extraversion (ekstraversi), hardiness dan
social jugdment. Sedangkan selama
periode semester akademik, kinerja dipengaruhi oleh conscientiousness (sifat berhati-hati), dan hardiness
dan social
jugdment. Sedangkan
neuroticism (stabilitas emosi yang rendah) dan Agreeableness (mudah bersepakat) menunjukkan hasil yang kecil tetapi berkorelasi signifikan pada
kinerja, dan openness
to experience (terbuka pada hal-hal baru) tidak berpengaruh secara
signifikan pada kinerja. Senada dengan
penelitian Bartone (1999) yang menyatakan bahwa hardiness merupakan prediktor yang signifikan pada kinerja.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Judge et al.,(2002) menyebutkan bahwa extraversion
dan conscientiousness merupakan pengaruh yang paling kuat dan konsisten
pada efektivitas kepemimpinan.
Organisasi militer merupakan organisasi yang
menekankan pada kepemimpinan dan berusaha diberbagai cara untuk melatih atau
mengembangkan pemimpin yang efektif (Bartone et al, 2002).
Makorem 074/Warastratama yang disingkat Makorem 074/WRT merupakan Markas komando resort militer (Makorem) yang komando
pembinaan dan operasional kewilayahan TNI angkatan darat di bawah kodam
IV/Diponegoro yang bertugas
pokok menyelenggarakan pembinaan kemampuan, kekuatan dan gelar kekuatan,
menyelenggarakan pembinaan teritorial untuk menyiapkan wilayah pertahanan di
darat dan menjaga keamanan wilayah eks Karesidenan Surakarta
yang meliputi Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, Wonogiri dan
Boyolali (dalam id.wikipedia.org) . Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut,
Makorem menyelenggarakan fungsi
organik militer dan fungsi organik pembinaan. Fungsi organik militer meliputi
segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang intelijen, operasi, personel,
logistik, teritorial, perencanaan serta pengawasan dan pemeriksaan dalam rangka
mendukung tugas pokok Makorem. Sedangkan fungsi organik pembinaan meliputi
segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang latihan dalam rangka mendukung
tugas pokok Makorem (dalam www.tniad.mil.id).
Untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut, Makorem me-merlukan
pemimpin yang memiliki kepribadian yang baik dan karakter yang kuat sehingga
dapat mempengaruhi kinerja pegawai (prajurit
dan pegawai negeri sipil)
dalam mengemban tugas. Yang mana kedudukan
dan peran Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI tidak lagi bersifat pelengkap tetapi
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur organisasi dan kekuatan
TNI yang berpedoman pada Panca prasetya. Hal ini sesuai dengan kebijakan TNI
yang membawa konsekuensi bukan saja dari segi administrasi pembinaan, melainkan
juga segi moral dan etos pengabdian (Wahyudi, 2010).
Sesuai dengan UU RI No.2/88 pasal 4, prajurit TNI berkewajiban
membentuk kepribadian diri yang memancarkan sikap dan perilaku prajurit rakyat,
prajurit pejuang, serta prajurit nasional,
yang patriotik dan profesional, pengemban amanat rakyat demi cita-cita
bangsa sebagai perwujudan hakikat prajurit
seperti yang tercermin dalam Sapta Marga (dalam http://www.propatria.or.id).
Penelitian ini
berupaya untuk mereplikasi penelitian Bartone et al. (2009). Yang
mana penelitian yang dilakukan oleh Bartone et
al.(2009) dilakukan di West point,
Amerika serikat. Yang mana penelitian tersebut dilakukan dua kali,
yaitu pada saat pelatihan lapangan dimusim panas dan selama semester akademik. Sedangkan, penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti akan diterapkan di Indonesia, dengan hanya memfokuskan
penelitian pada dua variabel dependen yaitu big
five personality dan hardiness serta
satu variabel independen yaitu kinerja pegawai yang mana penelitian ini
dilakukan, guna menguji pengaruh big five
personality dan hardiness pada
kinerja pegawai di Makorem 074/warastratama. Dan penelitian ini dilakukan setelah
pelatihan kemiliteran, yaitu pada saat penempatan penugasan, maka variabel
kontrol CEER tidak digunakan pada penelitian ini dan peneliti hanya menggunakan
jenis kelamin sebagai variabel kontrol. Peneliti hanya membatasi pada dua
variabel dependen, yaitu big five
personality dan hardiness dikarenakan
tema mengenai social jugdment merupakan
tema baru sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam mencari referensi
mengenai social jugdment.
Maka peneliti mengambil judul: PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY dan hardiness PADA Kinerja pegawai di maKorem
074/Warastratama Surakarta
Belum ada tanggapan untuk "Pengaruh Big Five Personality Dan Hardiness Pada Kinerja Pegawai Di Makorem 074/Warastratama Surakarta"
Posting Komentar