HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC TERHADAP KAPATUHAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS MUSUK BOYOLALI


BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
       Mortalitas dan morbiditas wanita hamil dan bersalin masih merupakan masalah besar di Negara berkembang termasuk Indonesia, menanggapi masalah kematian ibu yang demikian besar tahun 1989 untuk pertama kalinya ditingkat internasional diadakan konferensi tentang kematian ibu di Nairobu, Kenya, tahun 1994, diadakan pula International Conference on Population and Development (ICPD) di Kairo, Mesir, yang menyatakan bahwa kebutuhan kesehatan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) (Saifuddin, 2003: 2-4). Menurut Depkes RI Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tahun 2007 berkisar 248 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Jawa Tengah tahun 2007 sebanyak 116,3 per 100.000 kelahiran hidup. AKI di Boyolali tahun 2007 sebanyak 14 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2007, ¶ 1, http://www.dinkesjatengprov.go.id, diperoleh tanggal 11 mei 2009). Sedangkan target yang harus dicapai pada tahun 2010 adalah 125 per 100.000 kelahiran hidup (Anonim, 2008, ¶ 4,  www.ugm.ac.id, diperoleh tanggal 11 mei 2009).
       Beberapa faktor yang menyebabkan resiko kematian ibu salah satunya adalah komplikasi pada saat kehamilan, melahirkan dan paska persalinan. Komplikasi obstetri yang sering terjadi adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, abortus dan partus lama. Selain itu kurangnya pengetahuan ibu tentang pemeriksaan kehamilan (ANC) yang disebabkan tingkat pendidikan ibu rendah, kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung merupakan faktor lain yang melatarbelakangi resiko kematian ibu (Elverawati, 2008, 3,  www.luluvikar.wordpres.com diperoleh tanggal 24 april 2009). 
       Menurut Depkes RI (2003) komplikasi-komplikasi pada saat kehamilan  tersebut sebagian besar dapat dicegah bila kesehatan ibu selama hamil selalu terjaga melalui pelayanan antenatal yang mampu mendeteksi dan menangani kasus resiko tinggi secara memadai, pertolongan persalinan yang bersih dan aman, serta pelayanan rujukan kebidanan/perinatal yang terjangkau pada saat diperlukan. Pelayanan Antenatal (ANC) sebagai salah satu pilar Safe Motherhood mengupayakan untuk mencegah adanya komplikasi obstetrik bila mungkin dan memastikan bahwa komplikasi dideteksi sedini mungkin serta ditangani  secara memadai. Tujuannya adalah menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan, persalinan dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan (Mansjoer, 2001: 254).
       Pemerintah menetapkan, bahwa pelayanan antenatal yang baik memenuhi asuhan standar minimal ‘7T’ yaitu mengukur tinggi badan dan menimbang berat badan, mengukur tekanan darah, mengukur tinggi fundus uteri, pemberian imunisasi TT (Tetanus Toksoid) lengkap, pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan, tes terhadap penyakit menular seksual, dan temu wicara dalam rangka persiapan rujukan (Saifuddin, 2002: 90).
        Pengetahuan ibu yang baik tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan serta kepatuhan ibu yang mendukung untuk melakukan kunjungan pemeriksaan kehamilan secara rutin sangat diperlukan dalam mewujudkan tercapainya tujuan pelayanan antenatal. Selain itu Bidan sebagai salah satu tenaga kesehatan yang memegang peranan penting dalam pelayanan antenatal diharapkan mempunyai pengetahuan yang baik serta mau dan mampu menerapkan standar pelayanan antenatal, hal ini penting sehubungan dengan arus globalisasi dimana bidan dituntut memberikan pelayanan sesuai dengan profesionalismenya (Depkes, 2001: 5-6).
      Pada umumnya kehamilan berkembang dengan normal akan menghasilkan kelahiran bayi yang sehat cukup bulan melalui jalan lahir namun terkadang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu pelayanan antenatal merupakan cara penting untuk memonitor dan mendukung kesehatan ibu hamil normal serta mendeteksi ibu dengan kehamilan normal (Saifuddin, 2001: 89). Hasil cakupan kunjungan K4  di Propinsi Jawa Tengah pada tahun 2007 sebesar (86,82%) (Anonim, 2008, ¶ 2, www.dinkesjatengprov.go.id, diperoleh tanggal 11 mei 2009).   
       Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan antara pengetahuan ibu hamil tentang ANC terhadap kepatuhan kunjungan ANC di Puskesmas Musuk Boyolali.    

B.     RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah  pada penelitian ini adalah:
       “Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan ibu hamil tentang ANC  terhadap kepatuhan kunjungan ANC di Puskesmas Musuk Boyolali?”.



Postingan terkait:

1 Tanggapan untuk "HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANC TERHADAP KAPATUHAN KUNJUNGAN ANC DI PUSKESMAS MUSUK BOYOLALI"