Latar belakang: Status gizi merupakan hal penting yang dapat menggambarkan pertumbuhan dalam 2 tahun pertama kehidupan anak. Evaluasi status gizi dapat dilakukan dengan melihat prevalensi ASI eksk!usif dan anak tlnggl badan pendek. Di Indosesia kejadian pemberian ASI eksklusif masih rendah sementara kejadian anak tinggi badan pendek, tinggi. Tujuan studi ini adalah untuk mendapatkan angka kejadian pemberian ASI eksklusif dan kejadian anak tinggi badan pendek diantara anak-anak umur 2 tahun juga untuk menganalisis hubungan antara pemberian ASI eksklusif dan anak tinggi badan pendek serta faktor-faktor lain yang berpengaruh terhadap kejadian anak tinggi badan pendek.
Metode: Penelitian ini memanfaatkan data uji klinis dari pemberian suplementasi vitamin A dan zink selama kehamilan, suplementasi zat besi dan zink pada bayi dan studi pengamatan pertumbuhan dan perkembangan anak hingga sampai umur 2 tahun, yang dilakukan di Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah selama periode
tahun 1994-2003. Pemberian ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian makanan dan minuman lain kecuali obat-obatan; sedangkan anak tinggi badan pendek didefinisikan bila anak umur 2 tahun mempunyai tinggi badan menurut umur jika Zscore terletak < - 2 SD. Data dianalisis dengan chi-square untuk membandingkan antara ASI eksklusif dan faktor-faktor lain yang mempengaruhinya. Analisis General Linear Model dengan distribusi binomial log dilakukan untuk melihat hubungan pemberian ASI eksklusif dan anak tinggi badan pendek serta faktor-faktor lain yang berpengaruh. Variabel-variabel yang bermakna secara statistik kemudian diikutsertakan dalam
analisis multivariabel.
Hasil: Kejadian pemberian ASI eksklusif dan anak tinggi badan pendek secara berurutan yaitu 7,9% dan 25,6%. Kejadian anak tinggi badan pendek meningkat sebesar 98% pada anak-anak yang tidak mendapat ASI ekskiusif, namun hubungan pemberian ASI eksklusif dan kejadian anak tinggi badan pendek tidak bermakna secara statistik (RR = 1,98, IK95% = 0,98-3,99). Risiko tinggi badan pendek meningkat diantara anak-anak yang memiliki ibu dengan lama pendidikan ≤ 9 tahun, ibu dengan tinggi badan ≤150 cm dan anak yang berasal dari keluarga ekonomi rendah. Pada analisis multivariabel diketahui risiko tinggi badan pendek diantara anak umur 2 tahun berhubungan dengan tinggi badan ibu (RR= 2,79, IK95% = 1,84-4,21) dan status ekonomi keluarga (RR= 2,13, IK95% = 1,60-2,83)
Kesimpulan: Pemberian ASI eksklusif dan anak tinggi badan pendek masih merupakan masalah gizi di Kabupaten Purworejo, Propinsi Jawa Tengah. Pemberian ASI eksklusif secara klinis berpengaruh terhadap pertumbuhan anak, yang dapat dilihat dari kejadian anak tinggi badan pendek. Anak tinggi badan pendek lebih banyak ditemukan pada anak yang memiliki ibu dengan tinggi badan rendah dan berasal dari ekonomi keluarga yang rendah.
Belum ada tanggapan untuk "HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BERDASARKAN TINGGI BADAN MENURUT UMUR PADA ANAK UMUR 2 TAHUN"
Posting Komentar