PERANAN STRATIFIKASI SOSIAL DI DESA GENTAN



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Sosiologi pedesaan merupakan salah satu cabang sosiologi yang mempelajari dan menganalisis budaya masyarakat pedesaan secara sosiologis, yang meliputi organisasi dan stuktur, nilai-nilai dan proses-proses sosial, dan juga termasuk perubahan-perubahan sosial. Objek kajian dari studi sosiologi pedesaan adalah masyarakat desa dengan pola-pola kebudayaan yang ada di desa tersebut. Desa merupakan satuan administratif yang diatur oleh pemerintah, selain itu desa diartikan sebagai suatu sistem yang merupakan suatu kesatuan yang utuh, terbentuk secara berkesinambungan dalam kurun waktu yang relatif lama.
Seorang sosiolog terkemuka yaitu Pitirim A. Sorokin menyatakan bahwa sistem berlapis-lapis merupakan ciri yang tetap dan umum dalam setiap masyarakat yang hidup teratur, seperti yang terjadi pada desa. Hal tersebut menyebabkan stratifikasi sosial yang  melekat pada desa. Stratifikasi sosial dapat dipengaruhi oleh kekuasaan dan peran yang terdapat dalam kedudukan sosial seseorang. Faktor-faktor yang menjadi ukuran atau kriteria sebagai dasar pembentukan dasar pelapisan sosial yaitu, ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan dan wewenang, ukuran kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan. Kedudukan sosial merupakan tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya yang berhubungan dengan orang lain, dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajibannya.
Di dalam sebuah desa biasanya terdapat orang-orang yang dihormati, berpendidikan, memiliki kekuasaan dan wewenang  serta memiliki kekayaan. Hal tersebut mengindikasikan adanya lapisan-lapisan yang akan terbentuk di Desa Gentan yang biasa disebut dengan stratifikasi sosial. Lapisan yang terdapat dalam stratifikasi sosial tersebut terbagi menjadi tiga bagian yaitu lapisan atas, lapisan menengah, dan lapisan bawah. Lapisan atas umumnya terdiri dari orang-orang yang memiliki kekayaan, kekuasaan dan wewenang. Sedangkan untuk lapisan menengah terdiri dari orang-orang yang terdidik, sementara untuk lapisan bawah terdiri dari masyarakat miskin. Dari uraian tersebut penulis ingin mengetahui siapa saja yang ikut membantu permasalahan yang dihadapi oleh lapisan bawah, apakah lapisan atas, lapisan menengah, pihak yang berada di luar desa ataukah lapisan bawah tersebut yang menyelesaikan masalah mereka sendiri.

B.     Rumusan Masalah
  1. Bagaimana srtatifikasi sosial yang terbentuk di Desa Gentan?
  2. Bagaimana dampak yang terjadi akibat adanya stratifikasi sosial di Desa Gentan ?
  3. Bagaimana peranan setiap lapisan dalam mengatasi masalah lapisan bawah?



BAB II
PENDEKATAN TEORITIS

Kata stratification berasal dari stratum  (jamaknya : strata yang berarti lapisan). Social stratification adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkis). Perwujudannya adalah adanya kelas-kelas tinggi dan kelas yang lebih rendah. Dasar dan inti lapisan-lapisan dalam masyarakat adalah tidak adanya keseimbangan dalam pembagian hak-hak dan kewajiban-kewajiban, kewajiban-kewajiban dan tanggung jawab nilai-nilai sosial dan pengaruhnya di antara anggota-anggota masyarakat
Berbeda dengan pendapat Soekanto, Pareto dalam Kartodirjo menemukan dua strata penduduk diantaranya : pertama, lapisan yang lebih tinggi, golongan elite yang dibagi lagi kedalam dua kelompok, yaitu elite yang memerintah dan elite yang tidak memerintah. Kedua, lapisan yang lebih rendah, yang bukan elite dan mungkin berpengaruh juga dalam pemerintahan. Konsepsi Pareto ini ada hubungannya dengan karya Gaetanomosca. Mosca mengemukakan bahwa dalam suatu masyarakat senantiasa muncul dua kelas : kelas yang memerintah dan kelas yang tidak memerintah. Namun, ada pula unsur lain dalam teori Mosca yang sedikit mengubah cetusan pokok-pokok pikirannya semula. Unsur tersebut adalah munculnya suatu kelas menengah baru yang lebih besar jumlahnya
Ukuran atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial adalah sebagai berikut : Pertama, ukuran kekayaan. Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa memiliki kekayaan paling banyak maka ia akan termasuk lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, barang siapa tidak mempunyai kekayaan akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja
Kedua, ukuran kekuasaan dan wewenang, seseorang yang mempunyai kekuasaan atau wewenang paling besar akan menempati lapisan teratas dalam sistem pelapisan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan. Menurut Mac. Iver dalam Soekanto (1987) terdapat tiga pola umum dari sistem lapisan-lapisan kekuasaan yaitu : Tipe Kasta adalah sistem lapisan kekuasaan dengan garis-garis pemisahan yang tegas dan kaku. Tipe senacam ini biasanya dijumpai pada masyarakat-masyarakat yang berkasta yang hampir tak terjadi gerak sosial vertikal; Tipe Oligarkis yang masih mempunyai garis-garis pemisah yang tegas, akan tetapi dasar pembedaan kelas-kelas sosial ditentukan oleh kebudayaan tersebut terutama dalam hal kesempatan yang diberikannya kepada para warga masyarakat untuk memperoleh kekuasaan-kekuasaan tertentu. Tipe semacam ini dijumpai pada masyarakat-masyarakat feodal yang telah berkembang; Tipe Demokratis menunjukkan kenyataan-kenyataan akan adanya garis-garis pemisah antara lapisan yang bersifat mobile sekali. Kelahiran tidak menentukan seseorang berkuasa akan tetapi kemampuan dan keberuntungan yang menentukan seseorang berkuasa.
Ketiga, ukuran kehormatan dapat terlepas dari ukuran-ukuran kekayaan atau kekuasaan. Orang-orang yang disegani atau dihormati akan menempati lapisan atas dari sistem pelapisan sosial masyarakatnya. Ukuran kehormatan ini sangat terasa pada masyarakat tradisional, biasanya mereka sangat menghormati orang-orang yang banyak jasanya kepada masyarakat, para orang tua ataupun orang-orang yang berprilaku dan berbudi luhur.
Keempat, ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan.
Unsur-unsur dalam teori sosiologi yang mewujudkan tentang sistem berlapis-lapis dalam masyarakat adalah kedudukan dan peranan. Kedudukan sosial adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya yang berhubungan dengan orang-orang lain dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisenya, dan hak-hak serta kewajiban-kewajiban. Kedudukan  sosial tidaklah semata-mata berarti kumpulan kedudukan seseorang dalam kelompok-kelompok yang berbeda, akan tetapi kedudukan sosial mempengaruhi kedudukan seseorang dalam kelompok-kelompok sosial yang berbeda.
Masyarakat pada umumnya mengembangkan dua macam kedudukan yaitu: Pertama, Ascribed-Status merupakan kedudukan seseorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbdeaan-perbedaan kerohaniah dan kemampuan. Kedudukan tersebut diperoleh karena kelahiran, misalnya kedudukan anak seorang bangsawan adalah bangsawan pula. Kedua, Achieved-Status adalah kedudukan yang dicapai oleh seseorang dengan usaha-usaha yang disengaja. Kedudukan tidak diperoleh atas dasar kelahiran, akan tetapi bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuannya masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya, misalnya setiap orang dapat menjadi hakim apabila memenuhi persyaratan-persyaratan yang meliputi telah menempuh beberapa pendidikan tertentu, syarat-syarat kepegawaian, dsb.
Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan atau status. Apabila sesorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan. Pembedaan antara kedudukan dari peranan adalah untuk kepentingan ilmu pengetahuan, keduanya tidak dapat dipisah-pisahkan, karena satu dengan yang lain saling bergantung dan tak ada peranan tanpa kedudukan atau kedudukan tanpa peranan (Soekanto, 1982). Tiga hal yang mencakup suatu peranan adalah : Pertama, peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi-posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat. Kedua, peranan adalah suatu konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi. Ketiga, peranan dapat dikatakan sebagi perilaku individu yang penting bagi struktur masyarakat.



BAB III
GAMBARAN UMUM DESA GENTAN

A.    Keterangan Umum
Desa Gentan merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Baki, Kabupaten Sukoharjo. Desa ini terdiri dari 13 RW, 36 RT, dan 4 dusun dengan luas daerah ± 520 hektar. Tanah di Desa Gentan lebih didominasi oleh tanah kering, perumahan dan persawahan. Karena kondisi yang sudah beralih dari tanah sawah dikeringkan menjadi perumahan maka sebagian besar bermata pencaharian sebagai karyawan.

B.     Mata Pencaharian Desa
Sebagian besar masyarakat Desa Gentan bekerja sebagai karyawan. Profesi karyawan. Hal ini terbukti dari beralihnya fungsi sawah menjadi perumahan yang ada di Desa Gentan. Selain karyawan, mata pencaharian di Desa Gentan terdiri dari PNS, Pedagang, Petani dan Supir Angkot.

C.    Sarana dan Prasarana
Dari segi sarana dan prasarana, Desa Gentan sudah tergolong cukup baik. Terlihat dari banyak sarana kesehatan yang terdiri dari Puskesmas Pembantu dan Puskesdes. Puskesmas pembantu dibangun oleh pemerintah, dan buka atau memberikan pelayanan setiap hari, sedangkan Puskesdes dibangun oleh pihak swasta dan buka atau memberikan pelayanan pada hari sabtu. Disamping itu, terdapat sarana transportasi yang terdiri dari angkot (± 70 unit). Untuk prasarana pendidikan, desa ini memiliki 7 bangunan Sekolah Dasar (SD) dan dua bangunan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Di Desa Gentan juga terdapat Koperasi. Koperasi ini lebih banyak beranggotakan perempuan dibandingkan laki-laki.



BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Stratifikasi Sosial yang Terbentuk di Desa Gentan
Mengacu pada pendapat Pitirim A. Sorokin stratifikasi sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (secara hierarkis). Soekanto menyatakan bahwa kriteria pembentukan kedudukan sosial diantaranya kekayaan, kekuasaan, kehormatan, dan pendidikan. Kami meninjau bahwa stratifikasi sosial yang terbentuk di desa Gentan RW 07 dan RW 2 terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan bawah, lapisan menengah, dan lapisan atas. Berdasarkan hasil turun lapang kali ini, kami menggunakan ukuran kekuasaan sebagai kriteria pembentukan kedudukan sosial untuk ketiga lapisan tersebut.
Untuk memudahkan klasifikasi masyarakat ke dalam lapisan atas, tengah dan bawah, berikut penjelasan dari masing – masing lapisan di Desa Gentan :
  1. Lapisan atas merupakan anggota masyarakat yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi masyarakat di Desa Gentan. Di Desa Gentan orang yang dianggap mempunyai kekuasaan adalah Bapak Yunus (RW 07) dan Bapak Saefudin (RW 02). Hal ini dibuktikan dari hasil turun lapang berdasarkan wawancara dengan beberapa warga di Desa Gentan. Menurut penuturan beberapa warga, seperti Ibu Emang, Doni, Ibu Samin, Ibu Ratna, Ibu Rina, Pak Sholeh, dll. Mereka sama-sama menyebutkan bahwa orang yang berpengaruh dan disegani di desa tersebut adalah Bapak Yunus di RW 07 dan Bapak Syaifudin di RW 02. Kedua orang tersebut mempunyai kesamaan  profesi yang bergerak dalam bidang keagamaan. Mereka dinilai mempunyai kekuasaan karena perkataan dan pendapat mereka yang mengacu kepada Al-Qur’an dan Hadits selalu didengar oleh warga. Selain itu, mereka juga ikut berperan dalam pengambilan keputusan suatu masalah yang terjadi di desa tersebut.
  2. Lapisan menengah merupakan anggota masyarakat yang mempunyai posisi sebagai Ustad yang bernama Bapak Sholeh. Hal ini dibuktikan dari hasil kunjungan dan wawancara kami secara langsung kepada Bapak Sholeh. Dari hasil wawancara, terlihat bahwa beliau memiliki pengaruh dalam memberikan dakwah pada warganya dan menasehatinya.
  3. Lapisan bawah merupakan anggota masyarakat yang berprofesi sebagai karyawan. Mereka tidak memiliki pengaruh dalam pengambilan keputusan secara langsung. Selain itu mereka tidak memiliki sumber daya yang cukup dan tidak mau menerapkan inovasi.
Berdasarkan penjelasan diatas dapat diilustrasikan melalui tabel di bawah ini :
Tabel Stratifikasi Sosial di Desa Gentan
No
Kelas Masyarakat
Kelompok Masyarakat yang Menempati
Temuan Lapang Terkait
Aspek Pembentuk
1
Atas
Tokoh agama dan Bapak RW
Jawaban dari masyarakat (Ibu Emang, Ibu Rina, Bapak Samin, Bapak Jendi,dll)
Kekuasaan
2
Menengah
Ustad
Berdasarkan hasil wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan (Bapak Soleh)
Penasehat
3
Bawah
Buruh, dll.
Kunjungan dan wawancara langsung
Tidak memiliki sumber daya dan akses informasi

Menurut Mac. Iver terdapat tiga pola umum dari sistem lapisan-lapisan kekuasaan yaitu: tipe kasta, tipe oligarkis, dan tipe demokratis. Berdasarkan ukuran kekuasaan dari tiga lapisan diatas, maka pola sistem lapisan kekuasaan yang terbentuk di Desa Gentan adalah tipe demokratis. Tipe ini menunjukkan kenyataan-kenyataan akan adanya garis-garis pemisah antara lapisan yang bersifat mobile sekali. Tipe demokratis ditentukan dari kemampuan dan keberuntungan seseorang yang berkuasa. Kedudukan yang dimiliki oleh penguasa dari masing-masing lapisan bukan berasal dari kelahiran, tetapi diperoleh berdasarkan usaha mereka sendiri, misalnya tokoh agama yang menduduki lapisan atas di desa tersebut karena ilmu yang didapatkan selama bersekolah di pesantren.

B.     Dampak yang Terjadi Akibat Adanya Stratifikasi Sosial di Desa Gentan
Stratifikasi yang terdapat pada Desa Gentan menyebabkan adanya ketimpangan sosial diantara masing-masing lapisan. Hal ini terjadi karena penyebaran informasi yang lebih berkelanjutan kurang merata. Lapisan atas yang merupakan pemuka agama tidak memiliki andil dalam menyampaikan informasi mengenai pekerjaan masing-masing, karena lapisan ini tidak mempunyai kepentingan terhadap bidang pertanian. Sedangkan, lapisan tengah yang mendapat informasi dan hanya menyebarkan ke sebagian wilayah Desa Gentan. Namun, lapisan bawah yang mendapatkan informasi tersebut tetap sebagai buruh dan tidak melakukan perubahan terhadap sistem pencahariannya. Akhirnya, mereka pun berusaha sendiri untuk memajukan dan mensejahterakan kehidupannya.

C.    Peran Setiap Lapisan dalam Mengatasi Permasalahan Lapisan Bawah
Di Desa Gentan terdapat berbagai lapisan masyarakat. Ditinjau dari indikator kekuasaan menurut Pitirim A. Sorokin, kami melihat Desa Gentan terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan bawah, menengah, dan atas. Kami menggunakan indikator kekuasaan karena indikator tersebut sangat terlihat jelas jika dibandingkan dengan indikator kekayaan, pendidikan dan kehormatan.
Lapisan atas terdiri dari tokoh agama yang disegani oleh masyarakat setempat karena memiliki pengetahuan agama yang kebenarannya sudah dapat dipastikan, sehingga apa pun yang diinformasikan oleh tokoh agama tersebut selalu dipercaya oleh masyarakat. Lapisan menengah terdiri dari ustad yang memiliki kekuasaan memberitahu dan mempengaruhi dan menasaheatinya para warganya. Lapisan bawah terdiri dari lapisan buruh, petani mandiri dan buruh tani kerena mereka tidak memiliki kekuasaan untuk membuat suatu keputusan adopsi inovasi tetapi mereka hanya dapat menyampaikan pendapat mereka mengenai inovasi tersebut.
Diantara ketiga lapisan tersebut permasalahan yang sering muncul terjadi pada lapisan bawah, yaitu tidak adanya hak atas kepemilikan lahan. Disamping itu lapisan atas tidak berkontribusi atas kesejahteraan warganya. Mereka tidak menyokong kehidupan warganya, terutama dalam ekonomi. Mereka hanya bertindak sebagai pemberi saran atas penyelesaian masalah tanpa turun langsung menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh para warga. Sedangkan lapisan menengah yang terdiri dari ustad hanya berkontribusi memberikan informasi dan melaksanakan pembinaan warganya di desa tersebut.


BAB VI
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masyarakat Desa Gentan terdiri dari tiga lapisan masyarakat, yaitu lapisan atas, lapisan menengah dan lapisan bawah. Pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan turun lapang kali ini adalah pendekatan objektif dengan menggunakan variabel kekuasaan sebagai tolak ukur untuk menentukan lapisan masyarakat. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa anggota masyarakat yang termasuk golongan atas adalah tokoh masyarakat (pemuka agama) dan ketua RW, sedangkan golongan menengah adalah ustadz. Sementara itu, golongan bawah adalah buruh, petani, dll.
Adapun sistem stratifikasi lapisan masyarakat di Desa Gentan bersifat terbuka atau disebut Achieved Status. Oleh karena itu tipe masyarakat di desa tersebut dikategorikan kedalam Tipe Demokratis. Peranan antar lapisan mengindikasikan adanya ketimpangan sosial. Hal ini disebabkan kurangnya kontribusi dari lapisan atas maupun lapisan menengah terhadap lapisan bawah. Lapisan atas tidak terlibat dalam membantu permasalahan di bidang ekonomi warga. Adapun lapisan menengah hanya berkontribusi dalam memberikan informasi.

B.     Saran
Desa Gentan merupakan daerah yang potensial untuk mengembangkan sumberdaya di bidang pertanian. Kesempatan ini harus dimanfaatkan oleh para petani, terutama kelompok tani yang sudah terbentuk untuk meningkatkan keterampilan dan hasil produksi pertanian. Di samping itu, buruh tani sebaiknya dapat memanfaatkan informasi yang didapatkan dari kelompok tani yang sudah memiliki pengetahuan yang cukup dalam bidang pertanian.


DAFTAR PUSTAKA

Levinson. “Role, Personality, and Social Structuredalam Sosiologi Suatu Pengantar, Editor : Soerjono Soekanto, Rajawali Pers : Jakarta
Roucek S. Joseph, Warren. “Sociology, an Introductiondalam Sosiologi Suatu Pengantar, Editor : Soerjono Soekanto, Rajawali Pers : Jakarta
Soekanto Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Rajawali Pers : Jakarta
Sorokin Pitirim. A. “Social and Cultural Mobilitydalam Sosiologi Suatu Pengantar, Editor : Soerjono Soekanto, Rajawali Pers : Jakarta

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "PERANAN STRATIFIKASI SOSIAL DI DESA GENTAN"

Posting Komentar