BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di abad modern ini, Indonesia
menghadapi masa yang sangat berat, karena tanah air kita letaknya dijalan raya bangsa-bangsa.
Lokasi ini, di samping soal strategi juga mempunyai hubungan mutlak dengan
kekayaan alam.
Kebudayaan negara Barat saat
ini membanjiri bangsa Indonesia yang sudah sekian lama berkembang. Isi
kebudayaan tersebut adalah organisasi sosial, politik, ekonomi, pendidikan
ilmu pengetahuan teknologi dan lain-lain soal lagi. Budaya yang membanjiri
membawa pengaruh banjir tersebut merupakan suatu problema sosial yang
menyeluruh, dari lapisan masyarakat paling atas sampai lapisan yang paling
bawah. Dari soal-soal yang sangat perifir, sampai soal-soal yang sangat
sentral.
Adanya banjir budaya
tersebut tidak hanya merupakan suatu soal akademis saja melainkan akan menginventarisir
banjir budaya negerti kita, supaya bangsa Indonesia dapat menghadapi banjir budaya
tersebut tanpa kehilangan identitas nasionalnya, yang mana dapat digunakan
sebagai benteng ketahanan dari dunia luar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis dapat
mengemukakan apa fungsi bahasa, matematika dan logika untuk ketahanan bangsa
Indonesia di Abad Globalisasi Budaya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Fungsi Bahasa
Di bumi ini semua manusia
mempunyai bahasa. Pemilikan bahasa konseptual ini membedakan manusia dari
lain-lain isi alam semesta. Dalam rangka kehidupan manusia maka fungsi bahasa
yang paling dasar adalah menjelmakan pemikiran konseptual ke dalam dunia
kehidupan. Kemudian penjelmaan tersebut menjadi landasan untuk suatu perbuatan.
Perbuatan ini menyebabkan terjadinya hasil, dan akhirnya hasil ini dinilai. Mungkin
pula penilaian hasil ini mempengaruhi kembali pemikiran konseptual dan
menyebabkan pengaruh selanjutnya yang struktur dan dinamika-dinamika serupa.
Dengan demikian maka terjadi rangkaian bersambung terus-menerus.
Bila pemikiran konseptual
tidak dinyatakan dalam bahasa, maka orang lain tidak akan mengetahui pemikiran
tersebut. Ada kemungkinan pula, pemikiran langsung dijelmakan dalam perbuatan,
yang kemudian ditiru oleh orang lain.
Kemajuan manusia
berdasarkan rangkaian pemikiran konseptual yang dinyatakan dalam bahasa
kemudian pelaksanaan konsep-konsep yang telah dinyatakan dalam bahasa.
Pelaksanaan menjadi suatu hasil dan hasil ini dinilai. Oleh karena itu antara
pemikiran dan bahasa ada pengaruh timbal balik. Kalau pemikiran dinyatakan
dalam bahasa maka dapat diteliti apakah antara pemikiran dan bahasa ada
kongruensi.
Sebaliknya dalam rangka
tujuan pengetahuan (knowledge) dan
Ilmu Pengetahuan (science) maka perlu
dilatih dalam discriptive dan pro-positional language yang memenuhi tata bahasa
dan logika. Tergantung dari tingkat. kemampuan dalam menyusun descriptive dan
propositional language, dapat dinilai. kemampuan pemikiran dalam lapangan pengetahuan,
ilmu pengetahuan.
Di samping soal yang
umum, maka untuk Indonesia yang baru merdeka beberapa puluh tahun, dan
menghadapi banjirnya kebudayaan Barat ini, ada tugas lain. Kebudayaan Barat
sudah berkembang semenjak ± 1500 tahun dan sekarang pengetahuan dan ilmu
pengetahuan sedang berkembang dengan pesatnya. Perkembangan selama 1500 tahun
tadi disertai perkembangan bahasa yang mampu untuk menyatakan pemikiran yang
melandasinya. Kita mengetahui, bahwa perkembangan tersebut menciptakan bahasa
dalam tiap segi pengetahuan yang berbeda dengan segi lain. Dan tiap segi
mempunyai perkataan baru.
Oleh karena kita menghadapi
banjirnya ilmu pengetahuan dan pengetahuan tersebut, maka mau tidak mau kita
harus mempelajari soal-soal tersebut. Tiap ilmu pengetahuan menciptakan jargon
tersendiri. Semua jargon pengetahuan dan semua simbul-simbul dari semua ilmu
pengetahuan harus kita kuasai pula. Tanpa menguasai jargon dan simbul-simbul
tersebut tidak mungkin kita dapat menguasai pengetahuan tersebuti.
Dalam keadaan demikian
sebenarnya kalau ditinjau secara logis, maka lebih cepat dan bermanfaat untuk
Indonesia bila pelajaran bahasa asing diperdalam dan diperluas. Pelajaran
bahasa Inggris diperdalam sebab ilmu pengetahuan memang menuntut bahasa
descriptive dan propositional yang eksak. Diperluas, oleh karena banjir
kebudayaan Barat melanda semua lapisan masyarakat. Sebaliknya, soal yang logis
dan riil ini tidak sesuai dengan politik yang Indonesia sentris, dan
mengabaikan logika dan realitas. Logika diabaikan oleh karena umum menganggap
bahwa logika hanya menguasai lapangan falsafah dan teori ilmu pengetahuan.
Tetapi kalau tiap keputusan mempunyai konsekuensi dalam masyarakat, maka
konsekuensi adalah perkataan lain dari logika. Sebab dalam logika selalu
dibahas soal yang implisit. menjadi eksplisit dan proses analisa dari implisit
menjadi eksplisit adalah analisa menuju konsekuensi.
B. Fungsi Matematika
Hampir dapat dikatakan
bahwa fungsi matematika sama luasnya dengan fungsi bahasa yang berhubungan
dengan pengetahuan dan ilmu pengetahuan. Dan sebaliknya bahasa yang mempunyai
hubungan dengan puisi, prosa dan retorika dapat berjalan tanpa matematika.
Langkah perubahan
kualitatif menjadi kuantitatif adalah langkah yang sangat fundamental untuk
pengetahuan yang jelas, tepat dan teliti dan langkah demikian biasanya ditempuh
dalam perkembangan semua ilmu pengetahuan, baik yang eksak maupun sosial. Pengetahuan
ini semuanya dapat dipergunakan dalam rangka iriga desa, atau untuk penggerakan
suatu mesin pompa atau listrik.
Jikalau penyusunan bahasa
yang descriptive, prepositional dan matematika dapat diberikan pada semua
lapisan pendidikan dari SD sampai perguruan tinggi, maka seluruh pendidikan itu
telah diusahakan "clear and acurate
thinking". Dan sepanjang kombinasi tersebut telah diletakkan
dasar-dasar untuk logika. Sebab sebenarnya dua dasar, dan kombinasi itu memang
hanya dapat disusun atas dasar pemikiran yang logis, tetapi logika yang
implisit. Sebenarnya soal yang implisit adalah sama dengan soal yang
diselip-selipkan, tidak kelihatan. Oleh karena pemikiran ini menguasai
perbuatan manusia, maka supaya perbuatan manusia menjadi baik dan berhasil,
maka penyusunan pemikiran ini adalah primer dan fundamental.
Akhirnya kita semua
mengetahui, bahwa masyarakat seluruhnya merupakan penjelmaan dari alam
pemikiran dalam dunia yang wajar, empiris, baik empiris ini bersifat
spiritual-organisatoris, maupun bcrsifat materialistis. Oleh karena banjirnya
kebudayaan Barat memiliki sifat-sifat jelas, tepat, teratur maka penjelmaan
pemikiran mereka sangat berhasil. Dan kalau kita ridak mampu menghadapi banjir
tersebut, maka kita akan tenggelam hanyut. Di sinilah letaknya fungsi ketahanan
dari bahasa, matematika dan logika untuk Indonesia dalam abad ke-20 dijalan
raya bangsa-bangsa ini.
C. HUBUNGAN ETIKA DENGAN ILMU
Sesungguhnya bebas nilai
atau tidaknya ilmu merupakan masalah rumit, yang tak mungkin dijawab dengan
sekedar ya atau tidak. Mereka yang berfaham ilmu itu bebas nilai menggunakan
pertimbangan yang didasarkan atas nilai diri yang diwakili oleh ilmu yang
bersangkutan. Padahal bebas dapat mengandung dua jenis makna. Pertama,
kemungkinan untuk memilih keduanya, kemampuan atau hak untuk menentukan
subyeknya sendiri. Di situ
harus ada penentuan dari dalam bukan dari luar.
Akhirnya kita semua
mengetahui, bahwa masyarakat seluruhnya merupakan penjelmaan dan alam pemikiran
dalam dunia yang wajar, empiris, baik empiris ini bersifat
spiritual-organisatoris, maupun bcrsifat materialistis. Oleh karena banjirnya
kebudayaan Barat memiliki sifat-sifat jelas, tepat, teratur maka penjelmaan
pemikiran mereka sangat berhasil, Dan kalau kita tidak mampu menghadapi banjir
tersebut, maka kita akan tenggelam hanyut. Di sinilah letaknya fungsi ketahanan
dari bahasa, matematika dan logika untuk Indonesia dalam abad ke-20 dijalan
raya bangsa-bangsa ini.
Dengan itu fase yang
sifatnya empiris rasional mulai bergeser ke fase eksperimental rasional. Sifat
progresif ini menunjukkan bahwa ilmu bukan sekedar tujuan bagi dirinya scndiri
melainkan suatu sarana untuk mencapai sesuatu.
Sebenarnya nilai dari
ilmu terletak pada penerapannya. Ilmu mengabdi masyarakat sehingga ia menjadi
sarana kemajuan. Boleh saja orang mengatakan bahwa ilmu itu mengejar kebenaran
dan kebenaran itu merupakan inti etika ilmu, tetapi jangan dilupakan bahwa
kebenaran itu ditentukan oleh derajat penerapan praktis dari ilmu. Pandangan
yang demikian itu termasuk faham pragmatis tentang kebenaran. Di situ kebenaran
merupakan suatu ide yang berlandaskan efek-efeknya yang praktis.
Kebenaran intelektual
yang ada pada ilmu bukanlah suatu efek dari keterlibatan ilmu dengan
bidang-bidang kehidupan. Kebenaran memang merupakan ciri asli dari ilmu itu
sendiri. Dengan demikian maka pengabdian ilmu secara netral, tak berwarna,
dapat melunturkan pengertian kebenaran, sehingga ilmu terpaksa menjadi steril.
Uraian keilmuan tentang masyarakat sudah semestinya harus diperkuat oleh
kesadaran terhadap berakarnya kebenaran.
Seperti disebutkan di
depan, ilmu bukan tujuan tetapi sarana, karena hasrat akan kebenaran itu
berimpit dengan etika pelayanan bagi sesama manusia dan tanggung jawab secara
agama.
BAB III
KESIMPULAN
Berdasarkan uraian pembahasan diatas
maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.
Oleh karena keadaan dunia ini sebagian besar merupakan
penjelmaan pemikiran manusia, dan langkah pertama adalah penjelmaan pemikiran
dalam bahasa, maka pendidikan perlu mengembangkan pelajaran bahasa antara lain
ke arah bahasa descriptive-propositional.
2.
Bahwa bahasa yang menuju ke arah pengetahuan dan ilmu
pengetahuan harus bersifat descriptive atau prepositional, supaya bisa diuji
benar atau salahnya.
3.
Bila hal kedua ini dilaksanakan, maka pemikiran
menjadi tegas, singkat, jelas, sehingga bisa diuji pemikiran tersebut ben-ar
atau salah. Bila pemikiran sudah jelas, tegas, dan benar, maka baru dapat
melangkah ke penjelmaan material dan praktis.
4.
Masyarakat seluruhnya merupakan penjelmaan dari alam
pemikiran dalam dunia yang wajar, em¬piris, baik empiris ini bersifat
spiritual-organisatoris, maupun bcrsifat materialistis. Oleh karena banjirnya
kebudayaan Barat memiliki sifat-sifat jelas, tepat, teratur maka penjelmaan
pemikiran mereka sangat berhasil. Dan kalau kita ridak mampu menghadapi banjir
tersebut, maka kita akan tenggelam hanyut. Di sinilah letaknya fungsi ketahanan
dari bahasa, matematika dan logika untuk Indonesia dalam abad ke-20 dijalan
raya bangsa-bangsa ini
Belum ada tanggapan untuk "FUNGSI BAHASA, MATEMATIKA DAN LOGIKA UNTUK KETAHANAN INDONESIA DALAM ABAD 20 DIJALAN RAYA BANGSA-BANGSA"
Posting Komentar