Pengaruh Big Five Personality Dan Hardiness Pada Kinerja Pegawai Di Makorem 074/Warastratama Surakarta


Menurut Wijono (2006) sumber daya manusia yang berkualitas merupakan salah satu faktor penentu agar perusahaan dapat bekerja secara efektif dan maksimal untuk dapat bersaing di pasar global. Kinerja sumber daya manusia yang baik merupakan hal yang terpenting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Sebuah perusahaan yang ingin berkembang dengan pesat, harus memiliki sumber daya manusia yan mampu menampilkan kinerja yang baik. 
Peneliti organisasi telah lama tertarik dengan hubungan antara kepribadian dan kinerja (Thoresen et al, 2004). Kinerja menyusun multi-dimensi yang menunjukkan seberapa baik pegawai melaksanakan tugasnya, mengambil inisiatifnya, dan akal dayanya untuk memecahkan masalah (Rothmann dan coetzer, 2003). Selain itu, juga menunjukkan sejauh mana pegawai menyelesaikan pekerjaan, cara mereka menggunakan kemampuan sumber dayanya dan waktu dan tenaga yang mereka gunakan untuk pekerjaannya (Boshoff dan arnolds, 1995; Schepers, 1994 dalam Rothmann dan coetzer, 2003 ).   
Kinerja seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor dan salah satunya adalah karakteristik kepribadian yang dimiliki individu tersebut. Teori kepribadian yang terkenal adalah Teori lima besar (Big five model) merupakan teori kepribadian yang terdiri dari lima faktor guna menganalisis kepribadian seseorang (Barrick dan Mount,1991). . 
Menurut Ivancevich et al. (2008) beberapa istilah dalam big five model, yang digunakan untuk menggolongkan kepribadian, yaitu extraversion (ekstraversi), emotional stability (stabilitas emosi) atau low neuroticism (stabilitas emosi yang rendah, oleh Leung dan Bozionelos, 2004), agreeableness (mudah bersepakat), conscientiousness (sifat berhati-hati atau ketelitian), openness to experience (terbuka terhadap hal-hal baru). Big five model merupakan teori kepribadian yang sederhana dan sering digunakan untuk mengukur kepribadian seseorang. Melalui Teori lima besar (Big five model) dapat dilihat kepribadian seseorang yang mampu mempengaruhi kinerja bagi organisasinya (Robbins,2008).
Keterkaitan big five personality dengan kinerja diperkuat dengan hasil penelitian Barrick dan Mount (1991) yang mengatakan big five personality berhubungan dengan kinerja. Hal ini diperjelas melalui hasil penelitiannya yang menyebutkan bahwa conscientiousness merupakan prediktor untuk masing-masing dari tiga jenis kriteria kinerja yang diteliti yaitu keahlian pekerjaan, keahlian pelatihan dan data personil yang berhubungan erat dengan lima jenis kelompok kerja yang diteliti yaitu professional, polisi, manajer, tenaga penjual, dan tenaga terampil atau semi-terampil.  Extraversion juga merupakan prediktor signifikan pada keahlian pelatihan dengan manajer dan tenaga penjualan. Sedangkan, dimensi kepribadian lainnya juga ditemukan sebagai prediktor untuk beberapa jenis pekerjaan dan beberapa jenis kriteria kinerja namun besarnya nilai korelasi tersebut kecil.
Pada penelitian yang telah dilakukan oleh Barrick dan Mount (1991) tidak memasukkan personel militer dalam penelitiannya. Namun, karena conscientiousness berhubungan erat dengan kinerja diberbagai pekerjaan, sangat masuk akal jika big five personality juga berhubungan dengan efektivitas militer juga (De Jong et al, 1994).  Dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh De Jong et al. (1994) menyatakan bahwa efektivitas militer terkait dengan conscientiousness, kesejahteraan (kerinduan kampung halaman yang rendah dan depresi yang rendah) terkait dengan emotional stability, sedangkan kerinduan pada kampung halaman tidak berhubungan dengan extraversion dan agreeableness.
Selain big five personality, faktor kepribadian yang berkaitan dengan kinerja adalah hardiness (Bartone et al.,2009) hardiness (keteguhan hati) merupakan karakteristik pribadi yang membantu seseorang mengubah keadaan yang penuh tekanan dari keadaan buruk yang potensial menjadi peluang untuk meningkatkan kinerja, kepemimpinan, berperilaku, kesehatan, dan pertumbuhan psikologis (Maddi, 1987, 2002; Maddi & Kobasa, 1984 dalam Maddi, 2007). Sedangkan Kobasa (dalam Kreitner dan Kinicki, 2003) mengidentifikasi sekumpulan ciri kepribadian yang menetralkan stres yang berkaitan dengan pekerjaan. Kumpulan ciri ini dikatakan sebagai keteguhan hati (hardiness), melibatkan kemampuan untuk secara sudut pandang atau secara keperilakuan mengubah bentuk stresor yang negatif menjadi tantangan yang positif.
Keterkaitan antara hardiness dengan kinerja diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan Maddi dan Kobasa (1984) yang menyebutkan bahwa saat dihadapkan pada stressor yang menekan, individu yang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness) bukan hanya mengalaminya sebagai suatu yang menekan, tapi juga sesuatu yang menarik dan penting (komitmen), minimal sebagai sesuatu yang dapat dipengaruhi (kontrol), dan sebagai nilai yang berpotensi bagi pengembangan diri (tantangan). Hal ini sesuai juga dengan hasil penelitian Sudirman (2007) yang menyatakan bahwa karyawan yang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness) mampu bertindak proporsional dan tidak mudah menyerah walaupun berada di bawah tekanan stres di tempat kerja, karena karyawan tersebut memiliki kecenderungan yang baik terhadap komitmen (commitment), kontrol (control), dan tantangan (challenge) sehingga cenderung lebih optimis jika dibandingkan dengan karyawan yang kurang memiliki kepribadian tahan banting (hardiness).   Dalam kelompok militer, hardiness berhubungan dengan gejala kesehatan fisik dan mental dalam perang teluk, kehilangan petugas bantuan, tentara penjaga perdamaian, dan tentara Israel dalam pelatihan memerangi stres  (Bartone, 1999; Bartone et al, 1989; Bartone, 1996; Florian et al,1995 dalam Bartone et al, 2009). Hardiness juga telah dikaitkan dengan kesinambungan kinerja yang baik di bawah tekanan, termasuk misalnya dalam calon pegawai Israel, taruna angkatan laut norwegia dan petugas polisi Inggris (Westman, 1990; Bartone et al, 2002; Barton et al, 2004 dalam Bartone et al, 2009). Sebuah studi baru-baru ini oleh Eid et al. (2008) menemukan bahwa hardiness terkait dengan gaya kepemimpinan transformasional serta kinerja pemimpin dalam taruna angkatan laut norwegia. 
Penelitian mengenai pengaruh big five personality, hardiness dan social jugdment pada kinerja pemimpin telah diteliti oleh Bartone et al.(2009). Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi pengaruh big five personality, hardiness dan social jugdement pada kinerja pemimpin di akademi militer AS di West point, yang mana penelitian dilakukan dua kali, yaitu pada saat pelatihan lapangan dimusim panas dan selama semester akademik. Penelitian ini menggunakan dua variabel kontrol yaitu CEER dan jenis kelamin.  CEER (College Entrance Equivalency Rating) merupakan nilai pada ujian masuk perguruan tinggi, sama seperti SAT (Scholastic Aptitude Test) atau ACT (American Collage Testing) yang diubah dalam skala yang sama. Hasil penelitian ini menyebutkan bahwa kinerja pada saat pelatihan lapangan dimusim panas dipengaruhi oleh extraversion (ekstraversi), hardiness dan social jugdment. Sedangkan selama periode semester akademik, kinerja dipengaruhi oleh conscientiousness (sifat berhati-hati), dan hardiness dan social jugdment. Sedangkan neuroticism (stabilitas emosi yang rendah) dan Agreeableness (mudah bersepakat) menunjukkan hasil yang kecil tetapi berkorelasi signifikan pada kinerja, dan openness to experience (terbuka pada hal-hal baru) tidak berpengaruh secara signifikan pada kinerja.  Senada dengan penelitian Bartone (1999) yang menyatakan bahwa hardiness merupakan prediktor yang signifikan pada kinerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Judge et al.,(2002) menyebutkan bahwa extraversion dan conscientiousness merupakan pengaruh yang paling kuat dan konsisten pada efektivitas kepemimpinan.
Organisasi militer merupakan organisasi yang menekankan pada kepemimpinan dan berusaha diberbagai cara untuk melatih atau mengembangkan pemimpin yang efektif (Bartone et al, 2002). 
Makorem 074/Warastratama yang disingkat Makorem 074/WRT merupakan Markas komando resort militer (Makorem) yang komando pembinaan dan operasional kewilayahan TNI angkatan darat di bawah kodam IV/Diponegoro yang bertugas pokok menyelenggarakan pembinaan kemampuan, kekuatan dan gelar kekuatan, menyelenggarakan pembinaan teritorial untuk menyiapkan wilayah pertahanan di darat dan menjaga keamanan wilayah eks Karesidenan Surakarta yang meliputi Solo, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Klaten, Wonogiri dan Boyolali (dalam id.wikipedia.org) . Untuk dapat melaksanakan tugas tersebut, Makorem menyelenggarakan fungsi organik militer dan fungsi organik pembinaan. Fungsi organik militer meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang intelijen, operasi, personel, logistik, teritorial, perencanaan serta pengawasan dan pemeriksaan dalam rangka mendukung tugas pokok Makorem. Sedangkan  fungsi organik pembinaan meliputi segala usaha, pekerjaan dan kegiatan dibidang latihan dalam rangka mendukung tugas pokok Makorem (dalam www.tniad.mil.id).
Untuk menjalankan tugas dan fungsi tersebut, Makorem me-merlukan pemimpin yang memiliki kepribadian yang baik dan karakter yang kuat sehingga dapat mempengaruhi kinerja pegawai (prajurit  dan  pegawai  negeri  sipil)  dalam  mengemban tugas. Yang mana kedudukan dan peran Pegawai Negeri Sipil (PNS) TNI tidak lagi bersifat pelengkap tetapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari struktur organisasi dan kekuatan TNI yang berpedoman pada Panca prasetya. Hal ini sesuai dengan kebijakan TNI yang membawa konsekuensi bukan saja dari segi administrasi pembinaan, melainkan juga segi moral dan etos pengabdian (Wahyudi, 2010).
Sesuai dengan UU RI No.2/88 pasal 4, prajurit TNI berkewajiban membentuk kepribadian diri yang memancarkan sikap dan perilaku prajurit rakyat, prajurit pejuang, serta prajurit nasional,  yang patriotik dan profesional, pengemban amanat rakyat demi cita-cita bangsa  sebagai perwujudan hakikat prajurit seperti yang tercermin dalam Sapta Marga (dalam http://www.propatria.or.id).
Penelitian ini berupaya untuk mereplikasi penelitian Bartone et al. (2009). Yang mana penelitian yang dilakukan oleh Bartone et al.(2009) dilakukan di West point, Amerika serikat. Yang mana penelitian tersebut dilakukan dua kali, yaitu pada saat pelatihan lapangan dimusim panas dan selama semester akademik.  Sedangkan, penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti akan diterapkan di Indonesia, dengan hanya memfokuskan penelitian pada dua variabel dependen yaitu big five personality dan hardiness serta satu variabel independen yaitu kinerja pegawai yang mana penelitian ini dilakukan, guna menguji pengaruh big five personality dan hardiness pada kinerja pegawai di Makorem 074/warastratama. Dan penelitian ini dilakukan setelah pelatihan kemiliteran, yaitu pada saat penempatan penugasan, maka variabel kontrol CEER tidak digunakan pada penelitian ini dan peneliti hanya menggunakan jenis kelamin sebagai variabel kontrol. Peneliti hanya membatasi pada dua variabel dependen, yaitu big five personality dan hardiness dikarenakan tema mengenai social jugdment merupakan tema baru sehingga peneliti mengalami kesulitan dalam mencari referensi mengenai social jugdment.    
Maka peneliti mengambil  judul: PENGARUH BIG FIVE PERSONALITY  dan hardiness PADA Kinerja pegawai di maKorem 074/Warastratama Surakarta

Postingan terkait:

Belum ada tanggapan untuk "Pengaruh Big Five Personality Dan Hardiness Pada Kinerja Pegawai Di Makorem 074/Warastratama Surakarta"

Posting Komentar